Menanggapibanyaknya permintaan pembaca tentang sejarah berdirinya Wahabi maka kami berusaha memenuhi permintaan itu sesuai dengan asal usul dan sejarah perkembangannya semaksimal mungkin berdasarkan berbagai sumber dan rujukan kitab-kitab yang dapat dipertanggung-jawabkan, diantaranya, Fitnatul Wahabiyah karya Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, I Syekh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan; Ulama, Syeikhul Islam dan Kunci Sanad Ulama Nusantara Seorang tokoh ulama dimasanya yang perlu kita ketahui dan keberadaannya dalam sanad keilmuan para ulama . Syekh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, beliau lahir dari keluarga yang menjaga tradisi keislaman. Berasal dari keturunan Sayyid dari jalur Sayyidina Hasan cucu Rasulullah. Kehadiran Sayyid Ahmad Zaini Dahlan memiliki arti penting dalam jaringan para ulama khususnya Nusantara, karena hampir seluruh para ulama besar sesudahnya berada pada jejaring murid dari murid Syekh Sayyid Ahmad Zaini Zaini Dahlan demikian beliau biasa disebut, mengawali belajarnya kepada ayahnya yang dikenal seorang yang taat dan menjunjung tinggi ajaran Datuknya Rasulullah. Setelah menghafal berbagai macam bait-bait matan dari berbagai ilmu, Sayyid Zaini Dahlan kemudian mempelajari al-Qur’an dengan berbagai cabang keilmuan yang ada di dalamnya. Beliau disebutkan oleh Sayyid Bakhri Syatta pengarang Kitab I’anatuththalibin yang juga muridnya, bahwa Syekh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan menguasai berbagai Qira’at, bahkan menghafal dengan Mutqin Matan Syatibiyah dan Jazariyah yang merupakan panduan dalam memahami ilmu bacaan al-Qur’ . Semenjak kecil Sayyid Ahmad Zaini Dahlan telah dikenal ketekunannya dalam menuntut ilmu pengetahuan. Selain cerdas, saleh, beliau juga sangat bersungguh-sungguh dalam memahami berbagai cabang keilmuan yang diajarkan oleh para ulama di Kota Makkah sehingga tidak mengherankan bila kemudian beliau menjadi seorang ulama besar pada masanya, dan bahkan menjadi Syekhul Islam artinya seseorang yang memiliki kompetensi berbagai cabang keilmuan yang kealiman Syekh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan tidak bisa terlepas dari didikan para ulama Kota Makkah ketika itu. Di antara ulama yang dianggap sebagai syekh futuh beliau atau guru yang banyak berperan dalam pengembangan keilmuan beliau adalah Syekh Usman bin Hasan Dimyathi al Azhari. Syekh Usman ialah pemuka ulama Mesir yang mendapatkan ilham untuk datang ke Kota Makkah dan membuka halakah keilmuan, dan salah satu murid yang mewujudkan ilham tersebut adalah Syekh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan. Karena dari Syekh Sayyid Zaini Dahlan kemudian membentuk jejaring ulama yang sangat banyak, bahkan beliau bisa digolongkan sebagai Syekhul Masyayikh atau Mahaguru ulama di . Banyak sekali ulama dari berbagai wilayah yang kemudian belajar dan menimba ilmu dari Sayyid Ahmad Zaini Dahlan. Sebut saja di antara para ulama tersebut adalah Syekh Sayyid Abu Bakar Syatta al-Dimyathi, Syekh Nawawi al Bantani, Syekh Saleh Darat Semarang, Syekh Abdul Hamid Kudus, Syekhuna Cholil Bangkalan, Sayyid Abdullah Zawawi, Syekh Ahmad Khatib Minangkabau, Tuan Kisai Syekh Amrullah, Sayyid Utsman Mufti Batavia, Syekh Sayyid Ali Al-Maliki, Syekh Abdul Wahab Basilam, dan beberapa ulama dari Fathani Thailand seperti pengarang Kitab Mathla’ul Badrain, Aqidatun Naji’in dan lain-lain. Bahkan beberapa ulama besar Aceh diperkirakan berguru kepada beliau adalah Teungku Chik Abdul Wahab Tanoh Abee, Teungku Chik Di Tiro, Teungku Chik Pantee Kulu, Teungku Chik Pantee Geulima, karena masa kedatangan para ulama Aceh tersebut, ketika puncak karier ilmiahnya Sayyid Ahmad Zaini Dahlan. Adapun Syekh Abdul Wahab Tanoh Abee yang dikenal dengan Teungku Chik Tanoh Abee Qadhi Rabbul Jalil kerajaan Aceh disebutkan selain mengambil ijazah sanad dari Syekh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, juga sempat berguru kepada gurunya Sayyid Ahmad Zaini yaitu Syekh Utsman bin Hasan al Dimyathi. Karena usia antara kedua orang ulama itu . Syekh Sayyid Zaini Dahlan diperkirakan lahir tahun 1816 dan wafat pada tahun 1886. Pada saat beliau menjadi Mufti Syafi’i untuk kota Makkah, ada ulama besar dari India yang mencari suaka politik ke Makkah yaitu Syekh Rahmatullah Hindi. Syekh Rahmatullah Hindi inilah sosok pendiri Madrasah Saulatiah yang banyak mengkader ulama-ulama di Indonesia. Bahkan pendiri Darul Ulum Makkah juga lulusan Madrasah Saulatiah sebagai ulama yang banyak mengkader para ulama generasi sesudahnya, Syekh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan juga seorang ulama penulis. Banyak kitab-kitab yang beliau tulis tersebar ke seluruh penjuru dunia, baik dalam bidang sejarah, fikih, tauhid, tasawuf dan ilmu gramatika Arab. Salah satu karyanya adalah Kitab Mukhtasar Jiddan yang merupakan ulasan tuntas untuk Matan . Kitab Mukhtasar merupakan kitab yang membahas ilmu nahwu, dimana Syekh Sayyid Zaini Dahlan di bagian awal kitab menyebutkan kisah asal muasal ilmu nahwu. Di bagian awal kita tersebut juga beliau mengulas tentang mabadi’ asyarah atau pengantar awal sebelum mengaji ilmu nahwu secara mendalam. Dari tulisannya nampak beliau seorang yang berfikir sistematis dan langsung ke persoalan. Hal yang menarik dari Kitab Mukhtasar Jiddan beliau di bagian akhir juga menceritakan secara sekilas tentang penyusunan Matan Jurumiyah yang banyak disyarah oleh para ulama dari generasi ke . Pada masa hidupnya Sayyid Ahmad Zaini Dahlan juga puncak dari pergerakan Wahabiyah di Kota Suci Makkah. Dan beliau termasuk ulama yang banyak membantah kekeliruan pemahaman dari aliran tersebut. Beliau dengan gamblang dan jelas mengkritisi hal-hal yang meleset dari pemahaman Syekh Muhammad bin Abdul Wahab. Sebagai seorang ulama, Syekhul Islam dan Mufti Syafi’i, Syekh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan telah menyelesaikan risalah sebagai Waratsah Nubuwah. Beliau juga seorang ulama mujaddid yang telah mentajdid agama dengan murid-muridnya yang tersebar di seluruh dunia Islam. Setelah berbagai kiprah yang besar, pada tahun 1886 dalam usia sekitar 70 tahun wafatlah ulama besar tersebut di Rahmatan Wasi’atan. Alfaatihah. Diantaragurunya di Mekkah ialah Syeikh Utsman bin Hasan ad-Dimyathi, Sayyid Ahmad . bin Zaini Dahlan, Syeikh Mustafa bin Muhammad al-Afifi al-Makki, Syeikh Abdul Hamid . bin Mahmud asy-Syarwani. Beberapa sanad hadits yang musalsal diterima dari Syeikh . Nawawi al-Bantani dan Abdul Ghani bin Subuh bin Ismail al-Bimawi (Bima, Sumbawa). ï»żSayyid Ahmad Zayni Dahlan al-Makki’ ash-Shafi’i [d. 1304 AH / 1886 CE] Sayyid Ahmad ibn Zayni Dahlan was of the eminent scholars of his time and the Shafi’i mufti of Makkah during the second half of the 13th century. He was born in 1231AH. He lived when the first printing press was established in Makkah, which resulted in a number of his works being printed. He wrote chiefly on fiqh and history. Aside from his writings, his major contribution to the madhhab came in the form of his numerous students, including Sayyid `Alawi ibn Ahmad al-Saqqaf, Sayyid Abu Bakr Shatta, Shaykh `Umar Ba Junayd, and Sayyid Husayn ibn Muhammad al-Hibshi. Some of the works published by the Sayyid include, 1- Sharhu Matn-il-Alfiyyah; an explanation of the text of al-Alfiyyah in the Arabic language 2- Tarikh-ud-Duwal-il-Islamiyyah bil-Jadawil-il Mardiyyah; a history of the Islamic states 3- Fath-ul-Jawad-il-Mannan alal-Aqidat-il-Musammati bi Fayd-ir-Rahman fi Tajwid-il-Qur’an; a summary of the tajwid rules of recitation of the Qur’an 4- Khulasat-ul-Kalam fi Umara’-il-Balad-il-Haram; the history of the rulers of Makkah 5- Al-Futuhat-ul-Islamiyyah; a history of the opening of the different countries by Muslims 6- Tanbih-ul-Ghafilin, Mukhtasaru Minhaj-il-Abidin; a summary exposing the good manners of the worshippers 7- Ad-Durar-us-Saniyyah fir-Raddi alal-Wahhabiyyah; a treatise refuting the Wahhabiys 8- Sharh-ul-Ajurrummiyyah; an explanation of an Arabic grammar text 9- Fitnat-ul-Wahhabiyyah; [this booklet] a treatise of the tribulations inflicted by the Wahhabiyyah. Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki gives his sanad to Sayyid Ahmad Dahlan in his abridged book of Ijaza, Iqdatu l-Farid as follows, From his father, Sayyid Alawi al-Maliki from Sayyid Abbas al-Maliki from Sayyid Ahmad Dahlan. Below is a scanned piece from the Iqdatu l-Farid. Sayyid Ahmad Zayni Dahlan May Allah be pleased with him passed away in Medina in the month of Muharram of 1304
AhmadZaini Dahlan adalah Mufti Agung mazhab Syafi'i di Mekah,[1][2] dan Syaikhul Islam di wilayah Hijaz, negara Ottoman,[3] dan Imam al-Haramain ,[4] serta menjadi sejarawan dan teolog Asy'ari. Ia dikenal karena kritiknya yang ekstrem terhadap Wahhabisme dan kecenderungannya terhadap tasawuf .[5] Dalam risalahnya menentang pengaruh Wahhabi, Dahlan dengan jelas memandang tasawuf sebagai bagian
Zayid Al-Baghdadi, Avocat en Droit Criminel Ă  MontrĂ©al Du premier entretien tĂ©lĂ©phonique jusqu’à la disposition finale de votre cause, l’avocat en droit criminel, Zayid Al-Baghdadi, vous impressionnera par la qualitĂ© de ses services et son professionnalisme hors pair. Pratiquant le droit criminel et pĂ©nal Ă  MontrĂ©al depuis 2005, Me Al-Baghdadi est reconnu comme un avocat sĂ©rieux et combatif. Il plaide devant les tribunaux de premiĂšre instance ainsi que les cours supĂ©rieures de la province du QuĂ©bec. Tout au long de sa carriĂšre, il a bĂąti une excellente rĂ©putation devant la magistrature et ses pairs, en fournissant ses clients une reprĂ©sentation juridique selon les normes les plus Ă©levĂ©es. Empathique de nature et confiant dans la salle de cour, Zayid Al-Baghdadi vise Ă  faciliter le passage Ă  travers le systĂšme juridique en minimisant le stress et le dommage possible. Ne nĂ©gligeant aucun dĂ©tail de son dossier, son approche est proactive et approfondie. Utilisant des mĂ©thodes axĂ©es sur les rĂ©sultats, il privilĂ©gie la diplomatie afin d’assurer le rĂ©sultat souhaitĂ© pour ses clients. Son champ de pratique s’étend Ă  l’ensemble des infractions prĂ©vues au Code Criminel ainsi que les infractions pĂ©nales et statutaires. “La prĂ©somption d’innocence constitue le pilier central du systĂšme de justice pĂ©nale. Un avocat compĂ©tant et dĂ©diĂ© constitue le pilier central de votre dĂ©fense.” KeponakanSayyid Bakri Syatha', yaitu Sayyid Hamzah Syatha', bahkan hijrah dan berdakwah di Sedan, Rembang, Jawa Tengah. Selain Al-Maliki, Al-Yamani, dan Syatha' Addimyathi, ada juga keluarga Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, Mufti Syafi'iyah di Makkah di era 1860-an yang punya sejarah khusus dengan jaringan ulama Nusantara. WhatsApp Facebook Twitter Pinterest Linkedin Copiar Link Zayn Malik e Gigi Hadid Photo by Neil Mockford/GC Images Foto GC Images Zayn Malik se envolveu em uma grande discussĂŁo com a famĂ­lia de sua ex-namorada e mĂŁe de sua filha, Gigi Hadid. Segundo o TMZ, na quinta-feira 28, Yolanda Hadid, sogra do cantor, afirmou que teria sido agredida por Zayn na semana passada apĂłs um desententimento e estaria pensando seriamente em fazer um boletim de a notĂ­cia vir Ă  tona, Malik se pronunciou e disse que este era um "assunto privado" e seria discutido internamente. Nesta sexta-feira 29, o mesmo portal de notĂ­cias descobriu que na verdade o caso se tornou um assunto pĂșblico, jĂĄ que Zayn foi acusado de crimes contra Gigi e Yolanda Hadid e acabou aceitando a foi acusado de 4 crimes de assĂ©dio e, segundo o portal "embora um mĂ©dico oficial diga que ele confessou ser culpado de um, os funcionĂĄrios do tribunal afirmaram que ele nĂŁo contestou os outros trĂȘs."De acordo com os documentos, obtidos pelo TMZ, Zayn estava na casa que dividia com Gigi na PensilvĂąnia em 29 de setembro e teve uma discussĂŁo. Ele supostamente chamou Yolanda de "vagabunda holandesa do caralho", ordenou-lhe que "ficasse longe da [minha] filha do caralho" e "a porra do esperma que saiu da [minha] porra do c ***". Ele entĂŁo teria "empurrado ela [Yolanda] em uma cĂŽmoda causando angĂșstia mental e dor fĂ­sica".Zayn nega qualquer contato fĂ­sico, mas nĂŁo contestou o assĂ©dio e foi multado. Ele estĂĄ em liberdade condicional de 90 dias para cada acusação, totalizando 360 dias. Ele tambĂ©m deve concluir uma aula para "controle da raiva" e um programa contra a violĂȘncia domĂ©stica. Ele nĂŁo pode ter contato com Yolanda ou com seu segurança. Zayn, Gigi e Yolanda durante a revelação do sexo do primeiro filho do ex-casal Foto Reprodução Quanto Ă  acusação de assediar Gigi, de acordo com os mĂ©dicos do tribunal, ele gritou com a modelo "Prenda algumas bolas de merda e defenda seu parceiro contra sua mĂŁe em minha casa". Fontes disseram ao portal que Gigi estava em Paris na ocasiĂŁo e Zayn supostamente falou com ela por telefone durante o um segurança por perto e, de acordo com os mĂ©dicos, Zayn gritou "Tire a merda da porra do segurança da minha casa." Os mĂ©dicos dizem que ele tentou lutar contra o que todas as condiçÔes sejam concluĂ­das apĂłs 6 meses, o juiz pode encerrar a liberdade e Gigi se separaram apĂłs 6 anos de namoro. Eles sĂŁo pais de Khai, uma menina de 1 Ă© uma ex-modelo e mĂŁe de Bella Hadid, Gigi e Anwar Hadid, que vem a ser namorado de Dua Lipa. Yolanda Ă© uma ex-modelo e mĂŁe de Bella, Gigi e Anwar Hadid, que vem a ser namorado de Dua Lipa. Foto Reprodução Ainda sobre o caso, um representante de Gigi fez um breve comentĂĄrio em nome da modelo apĂłs a declaração de Zayn e o relato dele sobre a agressĂŁo “Gigi estĂĄ focada exclusivamente no melhor para Khai. Ela pede privacidade durante esse perĂ­odo.” Nem Zayn nem Gigi comentaram sobre a separação em suas redes fez dois comentĂĄrios sobre as alegaçÔes de ter batido em Yolanda. Ele disse ao TMZ, depois que o veĂ­culo publicou sua histĂłria, que "Eu nego veementemente ter atacado Yolanda Hadid e pelo bem da minha filha, recuso-me a dar mais detalhes e espero que Yolanda reconsidere suas falsas alegaçÔes e avance para a cura desses problemas familiares em particular.”Ele tambĂ©m publicou uma declaração em seu Twitter, pedindo privacidade pelo bem de Khai."Como todos vocĂȘs sabem, eu sou uma pessoa privada e quero muito criar um espaço seguro e privado para minha filha [Khai] crescer. Um lugar onde questĂ”es familiares privadas nĂŁo sejam jogadas no cenĂĄrio mundial para que todos possam cutucar e separar. Em um esforço para proteger esse espaço para ela, concordei em nĂŁo contestar reivindicaçÔes decorrentes de uma discussĂŁo que tive com um membro da famĂ­lia da minha parceira que entrou em nossa casa enquanto minha parceira estava fora, algumas semanas atrĂĄs. Este era e ainda deveria ser um assunto privado, mas parece que por enquanto hĂĄ divisĂ”es e, apesar dos meus esforços para restaurar-nos a um ambiente familiar pacĂ­fico que me permitirĂĄ ser co-pai da minha filha da maneira que ela merece, isso foi 'vazado' para a imprensa." SayyidAhmad Zaini Dahlan Al Makkiy dan beberapa ulama lain seperti Syaikh 'Ali Ibn Abdurrahman Al Kelantaniy menisbahkan shalawat ini kepada Syaikh Al Imam Abdul Qadir Al Jilaniy, sedangkan sebagian ulama lain seperti Syaikh Ahmad Al Shawiy Al Malikiy dan Syaikh Muhammad Fathan Ibn Abdul Wahid Al Susiy Al Nazhifiy] menisbahkannya kepada
Di kalangan pesantren, nama Sayyid Ahmad Zaini Dahlan sungguh masyhur sebagai pembela ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah Aswaja. Lahir tahun 1232 H atau 1816 M di kota Makkah, beliau kelak menjadi mufti terakhir Haramain Makkah dan Madinah pada zaman kesultanan Turki Utsmani. Beliau merupakan keturunan Al-Quthb ar-Rabbani Syaikh Abdul Qodir al-Jailani. Jelas, beliau adalah bagian dari Ahlul Bait Rasulullah SAW, melalui garis keturunan Sayyidina Hasan RA, cucu Rasulullah SAW. Jika kita di bumi Nusantara ini mengenal ulama-ulama termasyhur macam Syaikh Nawawi al-Bantani, Muhammad Sholeh Darat as-Samarangi, Syaikh Khatib al-Minangkabawi, Sayyid Utsman bin Yahya al-Batawi, Syaikh Abdul Hamid Kudus, Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan, dan banyak lagi ulama-ulama besar lainnya, mereka adalah anak didik Sayyid Ahmad Zaini bin Dahlan. Sebagai seorang guru, nama beliau cukup masyhur, karena santri-santrinya menjadi ulama-ulama besar masing-masing daerah di Nusantara. Maka, nama beliau harum di kalangan pesantren salaf di Nusantara. Selain sebagai guru, Sayyid Ahmad Zaini bin Dahlan adalah sesosok panutan yang argumentasi-argumentasinya menjadi benteng ajaran Aswaja dari rongrongan orang-orang Wahabi yang jelas-jelas bertentangan dengan ulama-ulama Aswaja yang membolehkan tradisi tawassul, ziarah kubur, yasinan, tahlilan, 40 harian, dan banyak lagi tradisi-tradisi yang sampai hari ini masih dirawat oleh umat Muslim Indonesia yang dituduh bid’ah oleh Wahabi. Dimana tradisi kebiasaan itu telah menjadi bagian penting dari ekspresi keberislaman orang-orang Nusantara sejak dulu. Salah satu pendangan Sayyid Ahmad Zaini bin Dahlan tentang ziarah ke makam Nabi Muhammad SAW, bahwa hal itu adalah sunnah dengan mengambil dasar rujukan dari hadits riwayar Ibnu Adiy, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda “Barang siapa yang melaksanakan ibadah haji, tetapi tidak menziarahiku, berarti ia telah berlaku kasar terhadapku”. Sayyid Ahmad Zaini Dahlan sendiri mengatakan Banyak sekali hadits shohih yang secara terang-terangan menyatakan ziarah ke makam Nabi, seperti; Barang siapa menziarahi makamku, ia pasti akan mendapat syafa’atku’. Indonesia sebagai salah satu negara dengan umat Muslim terbanyak di dunia, serta dengan mayoritas pecinta shalawatan, yasinan, tahlilan, ziarah kubur, bukannya tidak memiliki hambatan, lebih-lebih dengan maraknya gerakan organisasi-organisasi Islam trans-nasional, termasuk di dalamnya faham Wahabi, yang mana tujuan dasarnya yakni menyerukan berdirinya negara Islam disertai dengan ajakan kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Sebagai bagian dari memudarkan tradisi keberagaman masyarakat Indonesia, seperti maulidan, haul, atau ziarah kubur karena dianggap bertentangan dengan agama Islam itu sendiri. Ini narasi yang selalu dipakai untuk menghancurkan tradisi keberislaman umat Muslim Indonesia. Hal tersebutlah yang senantiasa ditentang secara keras oleh ulama serta kyai-kyai pesantren, karena Muslim Indonesia memiliki kebiasaan unik dalam mengekspresikan kecintaan serta keyakinan dalam beragama. Lebih lanjut, pandangan kaum Wahabi itulah yang ditentang oleh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, seorang maha guru yang mendidik ulama-ulama besar Nusantara zaman dulu. Beliau mendidik para santrinya agar menjadi imadiyyin cagak-cagak pembela Aswaja. Tidak sampai situ, beliau pun menulis beberapa kitab dengan tujuan mulia itu. Dalam sekian banyak karya Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, salah satunya berjudul Ad-Durar as-Saniyyah fi ar-Radd ala al-Wahhabiyyah, dan kitab ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Di dalam kitab itu, misalnya, beliau menulis Ziarah ke makam Nabi, sah-sah saja, bahkan sesuatu yang disyari’atkan, diperintahkan oleh al-Qur’an dan al-Hadits, serta disepakati ijma’ oleh ulama, dengan dalil dalam al-Qur’an Surah An-Nisa’ ayat 64, bahwa ziarah ke makam Nabi tidak menjadi masalah dan tidak bertentangan dengan dalil-dalil mu’tabar terkait ziarah dalam yurisprudensi Islam’. Lebih lanjut, Sayyid Ahmad Zaini Dahlan menulis Meminta ampun kepada Allah SWT, di sisi beliau Rasul, maka dengan begitu, beliau Rasul akan memohonkan ampun kepada Allah SWT. Dan, ayat yang disebutkan itu Surah An-Nisa’ ayat 64 tidak akan terputus atau terhenti dengan wafatnya Rasulullah SAW’. Maka, untuk menghindari agar umat Muslim tidak ziarah ke makam Nabi itulah yang kemudian membuat otoritas Arab Saudi pernah mewacanakan untuk membongkar dan memindah makam Rasulullah SAW. Dan kemudian, tidak mengagetkan jika ulama Nusantara macam Wahab Chasbullah menentang wacana itu, disebabkan anggapan keliru pemerintahan Arab Saudi dengan dalil menghindari syirik. Hal demikianlah yang sedari awal ditentang oleh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan dalam karya beliau tentang faham Wahabi. Beliau, sebagai ulama alim yang hidup pada masa-masa awal perkembangan Wahabi, serta sebagai keturunan Rasulullah SAW, yang sepanjang hidupnya membela ajaran Aswaja, maka pantaslah bila Sayyid Ahmad Zaini Dahlan memandang kebiasaan ziarah kubur para wali Allah, istighatsah, tawassul, yasinan, shalawatan, dan tahlilan sama sekali tidak bertentangan dengan ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Wallahu a’lam bisshawwab.
. 303 371 481 481 179 221 373 282

sayyid ahmad zaini dahlan